Perbedaan
antara Jin, Setan dan Iblis
Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 023
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf + Ibnu Amatillah)
Tema Jin, Setan, dan Iblis masih menyisakan
kontroversi hingga kini. Namun yang jelas, eksistensi mereka diakui dalam
syariat. Sehingga, jika masih ada dari kalangan muslim yang meragukan
keberadaan mereka, teramat pantas jika diragukan keimanannya.
Sesungguhnya Allah telah mengutus nabi kita
Muhammad n dengan risalah yang umum dan menyeluruh. Tidak hanya untuk kalangan
Arab saja namun juga untuk selain Arab. Tidak khusus bagi kaumnya saja, namun
bagi umat seluruhnya. Bahkan Allah I mengutusnya kepada segenap Ats-Tsaqalain:
jin dan manusia.
Allah berfirman:
“Katakanlah: `Wahai manusia, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu semua.” (Al-A’raf: 158)
Rasulullah n bersabda:
“Adalah para nabi itu diutus kepada kaumnya
sedang aku diutus kepada seluruh manusia.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari
Jabir bin Abdillah z)
Allah juga berfirman:
وإذا صرفنا اليك نفرا من الجن يستمعون القرءان فلما حضروه قالوا انصتوا فلم قضي ولوا الى قومهم منذرين * قالوا يا قومنا انا سمعنا كتابا انزل من بعد موسى مصدقا لما بين يديه يهدي الى الحق والى طريق مستقيم * يا قومنا اجيبوا داعي الله وءامنو به يغفر لكم من ذنوبكم ويجركم من عذاب اليم * ومن لا يجب داعي الله فليس بمعجز في الارض وليس له من دونه أولياء أولىئك في ضلال مبين
“Dan ingatlah ketika Kami hadapkan sekumpulan
jin kepadamu yang mendengar-kan Al-Qur`an. Maka ketika mereka menghadiri
pembacaannya lalu mereka berkata: ` Diamlah kamu (untuk mendengar-kannya)’.
Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi
peringatan. Mereka berkata: `Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah
mendengarkan kitab (Al-Qur`an) yang telah diturunkan setelah Musa, yang
membenar-kan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan
jalan yang lurus. Wahai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada
Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu
dan melepas-kan kamu dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima
(seruan) orang yang menyeru kepada Allah, maka dia tidak akan lepas dari azab Allah
di muka bumi dan tidak ada bagi-nya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam
kesesatan yang nyata’.” (Al-Ahqaf: 29-32)
Jin Diciptakan Sebelum Manusia
Tak ada
satupun dari golongan kaum muslimin yang mengingkari keberadaan jin. Demikian
pula mayoritas kaum kuffar meyakini keberadaannya. Ahli kitab dari kalangan
Yahudi dan Nashrani pun mengakui eksistensinya sebagaimana pengakuan kaum
muslimin, meski ada sebagian kecil dari mereka yang mengingkari-nya.
Sebagaimana ada pula di antara kaum muslimin yang menging-karinya yakni dari
kalangan orang bodoh dan sebagian Mu’tazilah.
Jelasnya, keberadaan jin merupakan hal yang
tak dapat disangkal lagi mengingat pemberitaan dari para nabi sudah sangat
mutawatir dan diketahui orang banyak. Secara pasti, kaum jin adalah makhluk
hidup, berakal dan mereka melakukan segala sesuatu dengan kehendak. Bahkan
mereka dibebani perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak memiliki sifat
dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau selainnya. (Idhahu Ad-Dilalah fi
’Umumi Ar-Risalah hal. 1, lihat Majmu’ul Fatawa, 19/9)
Anehnya
orang-orang filsafat masih mengingkari keberadaan jin. Dan dalam hal inipun
Muhammad Rasyid Ridha telah keliru. Dia mengatakan: “Sesungguhnya jin itu
hanyalah ungkapan/ gambaran tentang bakteri-bakteri. Karena ia tidak dapat
dilihat kecuali dengan perantara mikroskop.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah minal
Jin oleh Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi t)
Jin
lebih dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana dikabarkan Allah dalam
firman-Nya:
ولقد خلقنا الانسان من صلصال من حمء مسنون * والجان خلقناه من قبل من نار السموم
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang
sangat panas.” (Al-Hijr: 26-27)
Karena
jin lebih dulu ada, maka Allah mendahulukan penyebutannya daripada manusia
ketika menjelaskan bahwa mereka diperintah untuk beribadah seperti halnya
manusia. Allah berfirman:
وما خلقت الجن و الانس إلا ليعبدون
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyem-bah-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Jin, Setan, dan Iblis
Kalimat
jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali disebutkan dalam Al-Qur`an, bahkan
mayoritas kita pun sudah tidak asing lagi mendengarnya. Sehingga eksistensinya
sebagai makhluk Allah tidak lagi diragukan, berdasarkan Al-Qur`an dan
As-Sunnah serta ijma’ ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Tinggal persoalannya,
apakah jin, setan, dan Iblis itu tiga makhluk yang berbeda dengan penciptaan
yang berbeda, ataukah mereka itu bermula dari satu asal atau termasuk golongan
para malaikat?
Yang
pasti, Allah telah menerangkan asal-muasal penciptaan jin dengan firman-Nya:
والجان خلقناه من قبل من نار السموم
“Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam)
dari api yang sangat panas.” (Al-Hijr: 27)
Juga
firman-Nya:
وخلق الجان من مارج من نار
“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.”
(Ar-Rahman: 15)
Rasulullah n bersabda:
“Para malaikat diciptakan dari cahaya, jin
diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan kepada
kalian.” (HR. Muslim no. 2996 dari ’Aisyah x)
Adapun
Iblis, maka Allah berfirman tentangnya:
وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لآدم فسجدوا الا إبليس كان من الجن
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali Iblis.
Dia adalah dari golongan jin…” (Al-Kahfi: 50)
Ibnu
Katsir t berkata: “Iblis mengkhianati asal penciptaannya, karena dia
sesungguhnya diciptakan dari nyala api, sedangkan asal penciptaan malaikat
adalah dari cahaya. Maka Allah I mengingatkan di sini bahwa Iblis berasal dari
kalangan jin, dalam arti dia diciptakan dari api. Al-Hasan Al-Bashri berkata:
‘Iblis tidak termasuk malaikat sedikitpun. Iblis merupakan asal mula jin,
sebagaimana Adam sebagai asal mula manusia’.” (Tafsir Al-Qur`anul ’Azhim, 3/94)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di t
mengatakan: “Iblis adalah abul jin (bapak para jin).” (Taisir Al-Karim
Ar-Rahman, hal. 406 dan 793)
Sedangkan setan, mereka adalah kalangan jin
yang durhaka. Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi t pernah ditanya tentang perbedaan jin
dan setan, beliau menjawab: “Jin itu meliputi setan, namun ada juga yang
shalih. Setan diciptakan untuk memalingkan manusia dan menyesat-kannya. Adapun
yang shalih, mereka berpegang teguh dengan agamanya, memiliki masjid-masjid dan
melakukan shalat sebatas yang mereka ketahui ilmunya. Hanya saja mayoritas
mereka itu bodoh.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Siapakah Iblis?1
Terjadi
perbedaan pendapat dalam hal asal-usul iblis, apakah berasal dari malaikat atau
dari jin.
Pendapat pertama menyatakan bahwa iblis
berasal dari jenis jin. Ini adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri t. Beliau
menyatakan: “Iblis tidak pernah menjadi golongan malaikat sekejap matapun sama
sekali. Dan dia benar-benar asal-usul jin, sebagaimana Adam adalah asal-usul
manusia.” (Diriwayatkan Ibnu Jarir dalam tafsir surat Al-Kahfi ayat 50, dan
dishahihkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya.)
Pendapat ini pula yang tampaknya dikuatkan
oleh Ibnu Katsir, Al-Jashshash dalam kitabnya Ahkamul Qur‘an (3/215), dan
Asy-Syinqithi dalam kitabnya Adhwa`ul Bayan (4/120). Penjelasan tentang dalil
pendapat ini beliau sebutkan dalam kitab tersebut. Secara ringkas, dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Kema’shuman malaikat dari perbuatan kufur
yang dilakukan iblis, sebagaimana firman Allah:
لا يعصون ما أمرهم و يفعلون ما يؤمرون
“…yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
لا يسبقونه بالقول وهم بأمره يعملون
“Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan
perkataan, dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (Al-Anbiya`: 27)
2. Dzahir surat Al-Kahfi ayat 50
وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لآدم فسجدوا الا إبليس كان من الجن ففسق عن أمر ربه
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis.
Dia adalah dari golongan jin, lalu ia mendurhakai perintah Rabbnya.”
Allah
menegaskan dalam ayat ini bahwa iblis dari jin, dan jin bukanlah malaikat.
Ulama yang memegang pendapat ini menyatakan: “Ini adalah nash Al-Qur`an yang
tegas dalam masalah yang diperselisihkan ini.” Beliau juga menyatakan: “Dan
hujjah yang paling kuat dalam masalah ini adalah hujjah mereka yang berpendapat
bahwa iblis bukan dari malaikat.”
Adapun
pendapat kedua yang menyatakan bahwa iblis dari malaikat, menurut Al-Qurthubi,
adalah pendapat jumhur ulama termasuk Ibnu ‘Abbas. Alasannya adalah firman
Allah:
وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لآدم فسجدوا الا إبليس أبى واستكبر وكان من الكافرين
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis;
ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
(Al-Baqarah: 34)
Juga
ada alasan-alasan lain berupa beberapa riwayat Israiliyat.
Pendapat yang kuat adalah pendapat yang
pertama, insya Allah, karena kuatnya dalil mereka dari ayat-ayat yang jelas.
Adapun
alasan pendapat kedua (yakni surat Al-Baqarah ayat 34), sebenarnya ayat
tersebut tidak menunjukkan bahwa iblis dari malaikat. Karena susunan kalimat
tersebut adalah susunan istitsna` munqathi’ (yaitu yang dikecualikan tidaklah
termasuk jenis yang disebutkan).
Adapun
cerita-cerita asal-usul iblis, itu adalah cerita Israiliyat. Ibnu Katsir
menyatakan: “Dan dalam masalah ini (asal-usul iblis), banyak yang diriwayatkan
dari ulama salaf. Namun mayoritasnya adalah Israiliyat (cerita-cerita dari Bani
Israil) yang (sesungguhnya) dinukilkan untuk dikaji –wallahu a’lam–, Allah
lebih tahu tentang keadaan mayoritas cerita itu. Dan di antaranya ada yang
dipastikan dusta, karena menyelisihi kebenaran yang ada di tangan kita. Dan apa
yang ada di dalam Al-Qur`an sudah memadai dari yang selainnya dari
berita-berita itu.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/94)
Asy-Syinqithi menyatakan: “Apa yang disebutkan
para ahli tafsir dari sekelompok ulama salaf, seperti Ibnu ‘Abbas dan
selainnya, bahwa dahulu iblis termasuk pembesar malaikat, penjaga surga,
mengurusi urusan dunia, dan namanya adalah ‘Azazil, ini semua adalah cerita
Israiliyat yang tidak bisa dijadikan landasan.” (Adhwa`ul Bayan, 4/120-121)
Siapakah Setan?2
Setan
atau Syaithan () dalam bahasa Arab diambil dari kata () yang berarti jauh. Ada
pula yang mengatakan bahwa itu dari kata () yang berarti terbakar atau batal.
Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir, sehingga
kata Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari rahmat Allah I
(Al-Misbahul Munir, hal. 313).
Ibnu
Jarir menyatakan, syaithan dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari
jin, manusia atau hewan, atau dari segala sesuatu.
Demikianlah Allah berfirman:
وكذالك جعلنا لكل نبي عدوا شياطين الانس والجن يوحي بعضهملاإلى بعض زخرف القول غرورا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap
nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)
(Dalam
ayat ini) Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari
jenis jin. Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan
perbuatannya menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan
karena jauhnya dari kebaikan. (Tafsir Ibnu Jarir, 1/49)
Ibnu
Katsir menyatakan bahwa syaithan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya
dengan kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127). Lihat juga Al-Qamus Al-Muhith
(hal. 1071).
Yang
mendukung pendapat ini adalah surat Al-An’am ayat 112:
وكذالك جعلنا لكل نبي عدوا شياطين الانس والجن يوحي بعضهملاإلى بعض زخرف القول غرورا
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap
nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin,
sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112)
Al-Imam
Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar z, ia berkata: Aku datang kepada Nabi n dan
beliau berada di masjid. Akupun duduk. Dan beliau menyatakan: “Wahai Abu Dzar
apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau mengatakan: “Bangkit dan
shalatlah.” Akupun bangkit dan shalat, lalu aku duduk. Beliau berkata: “Wahai
Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan jin.” Abu
Dzar berkata: “Wahai Rasulullah, apakah di kalangan manusia ada setan?” Beliau
menjawab: “Ya.”
Ibnu
Katsir menyatakan setelah menyebutkan beberapa sanad hadits ini: “Inilah
jalan-jalan hadits ini. Dan semua jalan-jalan hadits tersebut menunjukkan
kuatnya hadits itu dan keshahihannya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/172)
Yang
mendukung pendapat ini juga hadits Nabi n dalam riwayat Muslim:
“Anjing hitam adalah setan.”
Ibnu
Katsir menyatakan: “Maknanya –wallahu a’lam– yaitu setan dari jenis anjing.”
(Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)
Ini
adalah pendapat Qatadah, Mujahid dan yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu
Katsir, Asy-Syaukani dan Asy-Syinqithi.
Dalam
masalah ini ada tafsir lain terhadap ayat itu, tapi itu adalah pendapat yang
lemah. (ed)
Ketika
membicarakan tentang setan dan tekadnya dalam menyesatkan manusia, Allah berfirman:
قال انظرني إلى يوم يبعثون * قال انك من المنظرين * قال فبما أغويتني لأقعدن لهم صراطك المستقيم * ثم لأتينهم من بين أيديهم ومن خلفهم وعن أيمانهم وعن شمائلهم ولا تجدأكثرهم شاكرين
“Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah aku sampai
waktu mereka dibangkitkan’, Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka
yang diberi tangguh.’ Iblis menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukumiku
tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau
yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur (taat).” (Al-A’raf: 14-17)
Setan
adalah turunan Iblis, sebagaimana firman Allah :
أفتتخذونه وذريته أولياء من دوني وهم لكم عدو بئس للظالمين بدلا
“Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya
sebagai pemimpin selain-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis
itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.” (Al-Kahfi: 50)
Turunan-turunan Iblis yang dimaksud dalam ayat
ini adalah setan-setan. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 453)
Penggambaran Tentang Jin
Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un
yajunnuhu yang bermakna satarahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang
tertutup berarti tersembunyi. Jadi, jin itu disebut dengan jin karena
keadaannya yang tersembunyi.
Jin
memiliki roh dan jasad. Dalam hal ini, Syaikhuna Muqbil bin Hadi t mengatakan:
“Jin memiliki roh dan jasad. Hanya saja mereka dapat berubah-ubah bentuk dan
menyerupai sosok tertentu, serta mereka bisa masuk dari tempat manapun. Nabi n
memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau mengatakan:
‘Sesungguhnya setan tidak dapat membuka yang tertutup’. Beliau memerintahkan
agar kita menutup bejana-bejana dan menyebut nama Allah I atasnya. Demikian
pula bila seseorang masuk ke rumahnya kemudian membaca bismillah, maka setan
mengatakan: ‘Tidak ada kesempatan meng-inap’. Jika seseorang makan dan
meng-ucapkan bismillah, maka setan berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan
ber-santap malam’.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Jin bisa
berujud seperti manusia dan binatang. Dapat berupa ular dan kala-jengking, juga
dalam wujud unta, sapi, kambing, kuda, bighal, keledai dan juga burung. Serta
bisa berujud Bani Adam seperti waktu setan mendatangi kaum musyrikin dalam
bentuk Suraqah bin Malik kala mereka hendak pergi menuju Badr. Mereka dapat
berubah-ubah dalam bentuk yang banyak, seperti anjing hitam atau juga kucing
hitam. Karena warna hitam itu lebih signifikan bagi kekuatan setan dan
mempunyai kekuatan panas. (Idhahu Ad-Dilalah, hal. 19 dan 23)
Kaum
jin memiliki tempat tinggal yang berbeda-beda. Jin yang shalih bertempat
tinggal di masjid dan tempat-tempat yang baik. Sedangkan jin yang jahat dan
merusak, mereka tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yang kotor.
(Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)
Tulang
dan kotoran hewan adalah makanan jin. Di dalam sebuah hadits, Rasulullah n
berkata kepada Abu Hurairah z:
“Carikan beberapa buah batu untuk kugunakan
bersuci dan janganlah engkau carikan tulang dan kotoran hewan.” Abu
Hurairahzberkata: “Aku pun membawakan untuknya beberapa buah batu dan kusimpan
di sampingnya. Lalu aku menjauh hingga beliau menyelesaikan hajatnya.”
Aku
bertanya: “Ada apa dengan tulang dan kotoran hewan?”
Beliau
menjawab: “Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan
jin dari Nashibin, dan mereka adalah sebaik-baik jin). Mereka meminta bekal
kepadaku. Maka aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka
melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkan makanan.” (HR. Al-Bukhari
no. 3860 dari Abu Hurairah z, dalam riwayat Muslim disebutkan : “Semua tulang
yang disebutkan nama Allah padanya”, ed)
Gambaran Tentang Iblis dan Setan
Iblis
adalah wazan dari fi’il, diambil dari asal kata al-iblaas yang bermakna
at-tai`as (putus asa) dari rahmat Allah .
Mereka
adalah musuh nomer wahid bagi manusia, musuh bagi Adam dan keturunannya. Dengan
kesombongan dan analoginya yang rusak serta kedustaannya, mereka berani
menentang perintah Allah saat mereka enggan untuk sujud kepada Adam.
Allah I
berfirman:
وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لآدم فسجدوا الا إبليس أبى واستكبر وكان من الكافرين
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada
para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis.
Ia enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
(Al-Baqarah: 34) Malah
dengan analoginya yang menyesatkan, Iblis menjawab:
قال انا خير منه خلقتني من نار وخلقته من طين
“Aku lebih baik darinya: Engkau ciptakan aku
dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Al-A’raf: 12)
Analogi
atau qiyas Iblis ini adalah qiyas yang paling rusak. Qiyas ini adalah qiyas
batil karena bertentangan dengan perintah Allah I yang menyuruhnya untuk sujud.
Sedangkan qiyas jika berlawanan dengan nash, maka ia menjadi batil karena
maksud dari qiyas itu adalah menetapkan hukum yang tidak ada padanya nash,
mendekatkan sejumlah perkara kepada yang ada nashnya, sehingga keberadaannya
menjadi pengikut bagi nash.
Bila
qiyas itu berlawanan dengan nash dan tetap digunakan/ diakui, maka
konse-kuensinya akan menggugurkan nash. Dan inilah qiyas yang paling jelek!
Sumpah
mereka untuk menggoda Bani Adam terus berlangsung sampai hari kiamat setelah
mereka berhasil menggoda Abul Basyar (bapak manusia) Adam dan vonis sesat dari
Allah I untuk mereka. Allah mengingatkan kita dengan firman-Nya:
يا بني آدم لا يفتننكم الشيطان كما أخرج أبويكم من الجنة ينزع عنهما لباسهما ليريهما سوءاتهما انه يرىكم هو وقبيله من حيث لا ترونهم انا جعلنا الشياطين أولياء للذين لا يؤمنون
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu
dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu
dari surga. Ia menanggalkan pakaian kedua-nya untuk memperlihatkan kepada
keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari
suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak
beriman.” (Al-A’raf: 27)
Karena setan sebagai musuh kita, maka kita diperintahkan untuk menjadi
musuh setan. Allah I berfirman:
ان الشيطان لكم عدو فاتخذوه عدوا انما يدعو حزبه ليكونوا من أصحاب السعير
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu,
maka anggaplah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir:
6)
Allah I
berfirman:
أفتتخذونه وذريته أولياء من دوني وهم لكم عدو بئس للظالمين بدلا
“Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah musuhmu?
Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang
dzalim.” (Al-Kahfi: 50)
Semoga
kita semua terlindung dari godaan-godaannya. Wal ’ilmu ’indallah.
Perbedaan malaikat, manusia, jin, dan
iblis/setan
.Kejadian
a)
Malaikat
Malaikat adalah makhluk gaib yg di ciptakan
dari nur (cahaya). Malakat selalu taat dan patuh terhadap setiap perintah Allah
tanpa membantah. Jumlah malaikat sangat banyak, hanya Allah SWT yang
mengetahui. Akan tetapi, setiap umat islam harus mengetahui beberapa malaikat
yg berkaitan langsung dengan kehidupan manusia. Malaikat – Malaikat tersebut,
yaitu sebagai berikut.
1).
Malaikat Jibril, tugas utamanya menyampaikan wahyu Allah SWT.
2).
Malaikat Mikail,tugas utamanya membawa dan membagikan rezeki kepada seluruh
makhluk hidup.
3).
Malaikat Raqib, tugas utamanya mencatat seluruh amal perbuatan dan perkataan
manusia yg baik semasa hidup di dunia.
4).
Malaikat Atid, tugas utamanya mencatat seluruh amal perbuatan dan perkataan
manusia yg buruk semasa hidup di dunia.
5).
Malaikat Izrail, tugas utamanya mencabut ruh atau nyawa makhluk hidup.
6).
Malaikat munkar, tugas utamanya menanyai manusia di alam kubur.
7).
Malaikat Nakir, tugas utamanya sama dengan malaikat munkar.
8).
Malaikat Israfil, tugas utamanya meiup sangkakala atau terompet pada hari
akhir.
9).
Malaikat Ridwan, tugas utamanya menjaga surga.
10).Malaikat Malik, tugas utamanya menjaga
neraka.
b)
Manusia
Manusia
adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang diiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Al-qur’an meneramgkan bahwa
manusia berasal dari tanah I dengan mempergunakan bermacam-macam istilah,
seperti: turab, thien, shal-shaldan sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa
manusia diciptakan dari bermacam-macam unsur kimiawiyang terdapat dari tanah.
Mansia sebagai makhluk yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu
menempatkan dirinya sesuai hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga dan
pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah.
c) Jin
Jin
adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dari nar (Api yang panas). Jin
diciptakan Allah untuk beribadah kepada Allah, tetapi ada Jin yang taat dan ada
pula yang ingkar.
d)
Iblis/setan
Iblis
dicptakan dari api. Iblis atau setan diciptakan sebenarnya untuk taat kepada
Allah, tetapi mereka ingkar, sombong, dan durhaka kepada Allah.
2.sifatnya
a)
sifat-sifat malaikat
1)
malaikat tidak memiiki nafsu.
2)
malaikat selalu patuh terhadap setiap perintah Allah SWT.
3)
malaikat tidak mungkin memiliki dosa.
4) malaikat
selalu bertasbih kepada Allah SWT.
5)
malaikat tidak memilik sifat sombong.
6)
malaikat tidak memiliki jenis kelamin.
7)
malaikat tidak makan dan minum.
8)
malaikat tidak pernah berbohong.
9)
malaikat tidak memiliki ayah maupun ibu.
10)
malikat selalu memintakan ampun orang yang beriman.
11)
malaikat selalu bahagia dan mendoakan orang yang memperoleh lailatul Qadar.
b)sifat-sifat manusia
1)
manusia memiliki nafsu.
2)
manusia pasti memiliki dosa.
3)
manusia memiliki sifat sombong.
4)
manusia memiliki jenis kelamin.
5)
manusia tidak ada yang sempurna.
6)
manusia memerlukn makan dan minum.
7)
manusia memiliki ayah dan ibu.
dll
c)sifat-sifat jin
1) jin
ada yang patuh kepada Allah, ada pula yang ingkar pada-Nya.
2) jin
memiliki nafsu.
3) jin
ada yang sombong.
d) sifat- sifat Iblis/setan
Iblis
atau setan memiliki sifat sombong, ingkar, dan selalu menentang atau durhaka
kepada Allah serta senantiasa menyesatkan umat manusia agar masuk neraka
bersama mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar